Batu
Lagawa si Mulut Besar
Desa Pido yang berada di pegunungan
Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur ini menyimpan banyak
keunikan baik dari segi alam dan budayanya. Bebatuan yang besar banyak terdapat
di seluruh wilayah bahkan di rumah-rumah penduduk.
Beberapa diantaranya bahkan
dipercaya memiliki unsur magis dan memiliki roh penunggu yang mendiami batu
tersebut. Objek wisata batu dan sugai menjadi ikon dari Desa Pido yang
wilayahnya dialiri sungai dan terdapat beberapa telaga.
Batu Lagawa
Batu
besar ini sangat dikenal oleh warga masyarakat di Kawasan Alor Timur Laut. Bahkan
nenek moyang orang Pido membuatkan sebuah lagu tentang batu ini. Menurut orang
Pido, Lagawa artinya Mulut Besar. Dan Batu besar ini memiliki cekungan yang
menyerupai mulut, dan di beberapa bagian terdapat cekungan-cekungan yang
menyerupai telapak tangan manusia.
|
Batu Lagawa dilihat dari Perkebunan Warga |
Konon
kata tetua masyarakat tersebut batu ini berasal dari Timor leste yang dengan
kekuatannya berjalan menyusuri pulau alor menuju pantai, namun ketika sampai di
Pido, tepatnya di dekat telaga kliwa. Masyarakat takut jika batu besar ini
melintasi tempat tinggal mereka maka akan merusak rumah atau bahkan menimbulkan
korban jiwa, maka nenek moyang orang pido menahan batu tersebut agar tetap di
sana. Mereka menahan kekuatan batu tersebut dengan tangan mereka, sehingga
bekas-bekas telapak tangan mereka yang menahan batu tersebut masih terlihat
membekas di Batu.
|
Berfoto bersama anak-anak Pido di Mulut Lagawa, terlihat di dinding mulut Lagawa cekungan-cekungan yang menyerupai jari dan telapak tangan manusia |
Batu
besar Lagawa ini terletak di perkebunan warga yang dekat dengan aliran Telaga
Kliwa. Dalam keseharian masyarakat yang berladang, masyarakat yang bercocok
tanam atau menjaga kebun mereka dari serangan babi hutan sering memanfaatkan
mulut lagawa sebagai tempat berteduh ketika musim hujan. Terlihat bekas-bekas
kayu api dan bale-bale bekas yang masih tertinggal disana.
Sebuah
cerita dari masyarakat bahwa dulu ada salah seorang yang mengambil foto batu
lagawa tesebut dan dalam foto yang diambil terdapat penampakan seorang yang
berpakain loreng seperti seragam tentara. Namun apabila kita berkunjung dan
berfoto disana, sebaiknya dengan warga masyarakat lokal sehingga tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
Anak Lagawa
Dalam
perjalanannya Batu Lagawa ini berjalan bersama anaknya, namun anak Lagawa
tertinggal di atas, di badan bukit tepatnya di bawah kampung Aumang. Anaknya
yang tertinggal sendiri ini merasa kedinginan sehingga ia menggigil. Batu yang
berukuran seperempat batu Lagawa ini sering disebut Batu menggigil karena dahulu
batu ini terasa bergetar apabila ada orang naik ke atasnya.
Batu Merah
Sebuah
Batu besar seperti bukit berwarna merah. Sungguh menakjubkan, batu yang
berwarna merah dengan bayangan seorang menaiki kuda di dalamnya. Jauh di atas
perkampungan Pido, menyusuri ladang berbukit akan kita jumpai objek batu merah.
Namun demi keamanan, kita tidak diizinkan mengambil foto batu tersebut. Karena sempat
kejadian orang asing yang setelah mengambil foto batu merah, orang tersebut
meninggal. Ketika berada di batu tersebut sudah terasa kesan angker batu merah.
|
Pemandangan di sekitar tempat melihat batu merah |
Namun
keistimewaan batu merah kurang nampak dari bawah batu. Setelah turun beberapa
kilo, dari jalan setapak menuju kampung feimang barulah kita bisa lihat sebuah
pemandangan alam yang menakjubkan. Di dalam batu besar berwarna merah tersebut
terdapat gambar berwarna hitam yang kalau kita perhatikan menyerupai seseorang
yang menunggang kuda. Satu kaki depan kuda seperti ditekuk, dan satunya lurus. Dan
penunggang kuda terlihat agak membungkuk. Untuk dapat melihat batu ini kita
harus meminta izin dari tetua desa dan sekaligus ditemani. Meskipun batu ini
tidak boleh kita foto, namun kita bisa mengambil gambar di sekitar perkebunan
yang memiliki pemandangan perbukitan yang indah dan dari puncak tersebut akan
terlihat pantai Taramana yang indah.
|
Perkebunan warga di sekitar tempat melihat Batu Merah |