Rabu, 24 September 2014

Desa Pido

Surga di Pido

Desa Pido merupakan salah satu dari 8 desa yang ada di wilayah kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Desa ini terletak di wilayah pegunungan subur yang jauh dari polusi dan hiruk pikuk perkotaan.  Melintasi pemandangan alam perbukitan yang indah, hutan kayu ampupu serta padang ilalang yang luas perjalanan menuju desa ini akan terasa sangat menakjubkan. Kehidupan berbagai burung juga dapat kita jumpai di sini, diantaranya burung nuri hijau, burung elang, ayam hutan, dan kalau beruntung kita bisa melihat  hewan seperti babi hutan dan rusa yang hidup di hutan daerah Pido.


Desa Pido memiliki batas wilayah yakni bagian Utara berbatasan dengan desa Langkuru Utara kecamatan Pureman, Selatan berbatasan deengan desa Kenarimbala  kecamatan Alor Timur Laut, Barat berbatasan dengan desa Lippang kecamatan Alor Timur Laut dan timur berbatasan dengan desa Padang Panjang kecamatan Alor Timur.
             Masyarakat  Pido pada umumnya adalah masyarakat agraris. Secara turun temurun jenis tanaman andalan masyarakat adalah padi, jagung, deli, botok dan kemiri. Sistem penanamannya di sesuaikan dengan pergantian musim yang terjadi.

Perkebunan kemiri sangatlah berarti dalam kehidupan masyarakat Pido, biji kemiri yang sudah kering dan dipecah kulitnya dijual kepada saudagar setiap hari pasar, yaitu hari Rabu. Padi, jagung, deli dan botok adalah tanaman yang mereka tanam pada musim hujan dan hasilnya hanya untuk memenuhi kebutuhan akan makanan saat musim kemarau tiba.
Di samping berkebun, dan berladang masyarakat Pido juga beternak babi dan ayam dan itu bukan untuk di jual melainkan untuk memenuhi kegiatan adat, seperti upacara pernikahan atau kematian. Masyarakat Pido memiliki kepercayaan yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana kesadaran beribadah sangat kental dalam kehidupan sehari-hari mereka, serta mereka sangat toleransi dan menghormati tamu yang datang berkunjung ke sana.
Salah satu kendala yang dihadapi masyarakat desa ini yaitu belum  adanya akses listrik dan jalan aspal yang mencapai desa ini. Ini menyebabkan hasil dari berkebun sulit untuk dijual keluar desa. Jalan tanah berdebu di musim kemarau, serta berlumpur ketika musim hujan menunjukkan betapa pemerataan pembangunan di Indonesia ini belum maksimal. Informasi dan komunikasi juga sulit akibat belum adanya listrik yang mencapai desa ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar