Surga di Pido
Desa Pido merupakan salah satu dari 8 desa yang ada di
wilayah kecamatan Alor
Timur Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Desa ini terletak di wilayah
pegunungan subur yang jauh dari polusi dan hiruk pikuk perkotaan. Melintasi pemandangan alam perbukitan yang indah, hutan kayu
ampupu serta padang ilalang yang luas perjalanan menuju desa ini akan terasa
sangat menakjubkan. Kehidupan berbagai burung juga dapat kita jumpai di sini,
diantaranya burung nuri hijau, burung elang, ayam hutan, dan kalau beruntung
kita bisa melihat hewan seperti babi
hutan dan rusa yang hidup di hutan daerah Pido.
Desa Pido memiliki batas wilayah yakni bagian Utara berbatasan
dengan desa Langkuru Utara kecamatan Pureman, Selatan berbatasan deengan desa
Kenarimbala kecamatan Alor Timur Laut, Barat berbatasan dengan desa Lippang
kecamatan Alor Timur Laut dan
timur berbatasan dengan desa Padang Panjang kecamatan Alor Timur.
Masyarakat Pido pada umumnya adalah masyarakat agraris.
Secara turun temurun jenis tanaman andalan masyarakat adalah padi, jagung,
deli, botok dan kemiri.
Sistem penanamannya di sesuaikan dengan pergantian musim yang terjadi.
Perkebunan kemiri sangatlah berarti dalam kehidupan masyarakat Pido, biji kemiri
yang sudah kering dan dipecah kulitnya dijual kepada saudagar setiap hari
pasar, yaitu hari Rabu. Padi, jagung, deli dan botok adalah tanaman yang mereka tanam pada musim hujan dan
hasilnya hanya untuk memenuhi kebutuhan akan makanan saat musim kemarau tiba.
Di samping berkebun, dan berladang masyarakat Pido juga beternak babi dan ayam dan itu bukan untuk di
jual melainkan untuk memenuhi kegiatan adat, seperti upacara pernikahan atau
kematian. Masyarakat Pido memiliki kepercayaan yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana kesadaran beribadah sangat kental dalam
kehidupan sehari-hari mereka,
serta mereka
sangat toleransi dan menghormati tamu yang datang berkunjung ke sana.
Salah
satu kendala yang dihadapi masyarakat desa ini yaitu belum adanya akses listrik dan jalan aspal yang
mencapai desa ini. Ini menyebabkan hasil dari berkebun sulit untuk dijual
keluar desa. Jalan tanah berdebu di musim kemarau, serta berlumpur ketika musim
hujan menunjukkan betapa pemerataan pembangunan di Indonesia ini belum
maksimal. Informasi dan komunikasi juga sulit akibat belum adanya listrik yang
mencapai desa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar